Pertemuan perdana kelas bahasa, 6 Oktober 2009
I. Kalam
Ibnu Jarumi dalam matan jurumiyahnya mendifinisikan:
الكلام هو اللفظ المركب المفيد بالوضع
kalam adalah sesuatu yang terdiri dari rangkaian kata bahasa
Arab yang memberi makna
Jadi, suatu kalimat disebut kalam apabila terhimpun empat
syarat padanya, yaitu: (1) terdiri dari kata, (2) tersusun, (3) mengandung
makna, (4) dalam Bahasa Arab.
II. Kalim
Walaupun dari segi lafal dan makna terdapat kemiripan,
ternyata bila ditinjau lebih dalam ada beberapa perbedaan antara kalim dan
kalam.
a. dari segi lafal, kalim merupakan bentuk jamak dari
kalimat الكلمة . dari sini kita dapat mengetahui bahwa sesuatu dapat disebut
kalim jika ia terdiri dari minimal tiga kata. Kalim termasuk dalam kategori إسم الجنس الجمع , artinya ia merupakan suatu kata yang menunjukkan kepada jama’
dengan penambahan ta’ pada bentuk mufrodnya. Seperti kata لبن bentuk jama
dari لبنة . sedangkan kalam merupakan bentuk masdar tanpa ada ikatan
nominal kata didalamnya.
b. dari segi makna, didalam kalam disyaratkan agar dapat
memberikan pemahaman kepada pendengar. Adapun kalim, ia bersifat umum dengan
tidak terikat pada syarat tersebut.
Dalam kalimat إن قام زيد , ia merupakan kalim dan bukan kalam
karena tersusun lebih dari tiga kata tapi tidak dapat memberikan pemahaman
kepada yang mendengar.
III. Kalimat الكلمة
Kalimat adalah lafal yang menunjukkan makna mufrod. Ia dapat
berupa isim, fi’il atau huruf. Tapi terkadang istilah'kalimah' juga dipakai
dalam majaz yang menunjukkan pada kalam. Seperti kalimat al ikhlas yang
mencakup…لا إله إلا الله
IV. Qaul القول
Qaul merupakan sebuah istilah yang menunjukkan pada suatu
makna baik berbentuk satu kata ataupun terdiri dari beberapa susunan kata. Ia
juga tidak membatasi apakah kata tersebut dapat memberikan pemahaman sehingga
pendengar puas dan dapat memahaminya atau tidak. Maka 'qaul' bisa dikatakan
global dan mencakup kalam, kalim dan kalimat.
B. Pembagian Kalam
Kalam dalam istilah Nahwu adalah kata-kata yang tersusun
menjadi sebuah kalimat, minimal terdiri dari dua kata, dan dapat dipahami. Maka
pembagian kalam yang dimaksud sebenarnya adalah jenis-jenis kata yang menjadi
unsur kalimat. Semua itu tidak terlepas dari salah satu dari tiga jenis; yaitu
Isim, Fi’il dan Huruf. Bentuk-bentuk kata dari setiap jenis ini sangat banyak,
tetapi semuanya pasti termasuk dalam salah satu dari tiga jenis kategori utama
tersebut(isim, fiil, huruf).
I. Isim الإسم
Secara etimologi, isim adalah nama, yaitu sebutan yang
menunjukkan suatu yang akan disebut. Misalnya kata ناس atau رجل
adalah nama untuk suatu jenis yang dinamakan manusia atau laki-laki, dan Ahmad أحمد adalah nama untuk individu yang bernama Ahmad. Semua kata dalam
contoh diatas adalah isim. Dalam pengertian yang paling sederhana dalam Bahasa
Indonesia, maka Isim adalah nominal.
Sedangkan dalam istilah Nahwu, Isim adalah suatu kata yang
menunjukkan makna tertentu dan tidak terikat oleh waktu. Dalam Bahasa Arab disebut:
كلمة دلت على معنى في نفسها ولم تقترن بزمان
Maka, محمد =Muhammad (nama orang),نهر =sungai, تفاح =apel, عصا =tongkat,حجر =batu, =makanan, أكل =hal memakan (pengungkapan terhadap
sebutan kata kerja), =kepada, رأس = kaki, رجل =tangan, يد =mulut فم , semuanya adalah Isim;mengandung makna sendiri dan tidak
terikat pada waktu.
Setiap kata yang mengandung atau bisa menerima salah satu
dari tanda-tanda tersebut, maka kata tersebut adalah Isim.
Tanda-Tanda Isimعلامات الاسم
Ada bebetapa tanda yang terletak pada suatu kata yang
menunjukkan bahwa jenis kata tersebut adalah Isim. Tanda-Tanda Isim yang paling
utama adalah:
- Tanwin التنوين yaitu bunyi nun sukun pada akhir kalimat secara pengucapan
tetapi tidak tampak dalam tulisan(tidak tetulis), yang ditandai dengan harakat
double, contoh قام رجل =seorang laki-laki berdiri, رأيت رجلا =aku
melihat seorang laki-laki, مررت برجل =aku melewati seorang laki-laki. Maka kata رجل dalam semua
contoh ini adalah Isim. Sedangkan perubahan pada akhir katanya akan kita
pelajari nanti pada bagian I’rab. الإعراب
Klasifikasi tanwin
1. Tanwin Tamkin, seperti زيد و رجل .
ketika ia masuki dalam sebuah kata maka secara otomatis jenis kata yang
dimasuki tersebut adalah Isim, karena ia bertugas untuk menjadi pembeda antara
Isim dan Fi’il atau Isim dan Huruf.
2. Tabwin Tankir, yaitu tanwin yang berada dalam isim mabni
untuk membedakan antara ma’rifat dan nakirahnya seperti isim fi’il صه
(ha'-nya dibaca sukun)artinya diamlah!(diam dari apa yang dibicarakan).
Sedangkan, صه (ha'-nya dibaca kasroh-tanwin)artinya diamlah (diam dari segala
bentuk pembicaraan).
3. Tanwin ‘Iwadh adalah tanwin pengganti huruf, kata atau
kalimat yang dibuang. Contohnya tawin ‘iwadh yang terletak pada kata جوار bertugas untuk menggantikan huruf karena asal katanya adalah جواري
4. Tanwin Muqabalah, seperti kedudukan tanwin pada kata مسلمات untuk menyamai kedudukan nun pada kata مسلمون
- Alif dan Lam, dan biasa disingkat dengal ALالpada awal kata. Setiap kata yang
didahului oleh AL atau boleh menerima AL, maka kata tersebut adalah Isim.
Contoh:الرجل=lak-laki, المدرسة=sekolahan, الكتاب=buku, الطالب =siswa. Semua kata ini adalah Isim yang ditandai dengan adanya
AL di awal kata.
- Khafadh atau Jarr الخفض. ini adalah
status suatu kata dalam struktur kalimat. Penjelasan lebih jauh tentang status
kata dan tanda-tandanya akan diterangkan lebih detail dalam bab I’rab. Secara
sederhana, suatu kata berstastus khafadh(jaar) adalah ketika ada huruf khafadh
masuk dalam sebuah kata yang akhirnya mempengaruhi kata tersebut. Contohnya: سافرت إلى القاهرة =saya berangkat ke Kairo, رأيت في منام
=saya bermimpi. Kata القاهرة dan منام adalah isim karena statusnya khafadh yang ditandai dengan
adanya huruf jar yang mendahuluinya. Dan pada kata yang pertama, juga ditandai
dengan AL pada awal kata.
- Nida’ yaitu ketika suatu kata yang terletak sesudah huruf
nida’(berarti panggilan atau ajakan dan sebagainya) yang akhirnya disebut
munada, maka kata tersebuat adalah isim. Contohnya: ياأيها الرجل maka
kata الرجل merupakan isim karena ia dapat menjadi munada dan menerima أل
- Isnad Ilaih, seperti kata حسن dalam kalimat
ضحك حسن
II. Fi’ilالفعل
Pembagian kedua dari kata adalah fi’il. Secara etimologi
Fi’il adalah kejadian atau pekerjaan. Dan padanannya dalam Bahasa Indonesia
adalah kata kerja atau verbal. Sedangkan dalam istilah Nahwu, Fi’il adalah kata
yang menunjukkan suatu makna tertentu dan terikat dengan salah satu dari tiga
bentuk waktu; masa lampau, masa sekarang, dan masa akan datang. Dalam Bahasa
Arabnya.
كلمة دلت على معنى في نفسها واقترنت بأحد
الأزمنة الثلاثة هي الماضي والحال والمستقبل
Contohnya كتب adalah kata yang menunjukkan arti menulis dan terikat dengan
masa yang telah lalu, يكتب adalah kata yang menunjukkan arti menulis, namun dalam konteks
sekarang. dan اكتب juga merupakan kata yang menunjukkan arti menulis, lebih
tepatnya' menulislah!'dan terikat dengan masa yang akan datang. Demikian juga
contoh-contoh lain seperti نصر ينصر انصر =menolong, علم يعلم اعلم =mengetahui, جلس يجلس اجلس =duduk, ضرب يضرب اضرب =memukul, فهم يفهم افهم =mengerti, memahami.
Pembagian fi’il dalam Ilmu Nahwu terbatas pada tiga macam
saja, yaitu kata kerja yang menunjukkan kejadian di masa lalu(fiil madhi) ,
kata kerja masa sekarang(fiil mudhori) , dan kata kerja perintah (fiil amar).
-Fi’il Madhi الفعل الماضي yaitu kata kerja yang menunjukkan suatu
pekarjaan atau kejadian yang berlangsung pada masa sebelum waktu penuturan.
Ketika seseorang berkata, كتب الطالب =siswa itu menulis, maka peristiwa penulisan dalam kata كتب
yang dilakukan oleh siswa itu sudah berlangsung sebelum seseorang itu
menuturkan atu mengatakannya.
-Fi’il Mudhari’yaitu kata kerja yang menunjukkan pekerjaan
atau peristiwa yang terjadi pada saat dituturkan (sekarang) atau akan datang.
Misalnya seseorang berkata, يسمع الطالب =siswa itu mendengarkan. Maka yang dimaksud adalah bahwa Siswa
tersebut sedang melakukan pekerjaan mendengarkan saat kalimat tersebut
diucapkan.
- Fi’il Amar فعل الأمر yaitu kata yang menunjukkan tuntutan
tercapainya pekerjaan tersebut setelahdiungkapkan. Contoh, seorang ayah
memerintahkan anaknya untuk belajar. Dia mengatakan ادرس يا بني
=belajarlah, anakku! Maka pada saat sang ayah mengucapkan kalimat tersebut, si
ank belum melakukannya dan –mungkin- baru akan melakukannya.
Tanda-Tanda Fi’ilعلامات الفعل
Sebagaimana pada pembahasan Isim yang lengkap dengan
atributnya, Fi’il juga tidak bisa kita ketahui sejak awal jika kita tidak
belajar Ilmu Sharaf dan tidak mengetahui bentuk-bentuk kata dalam Bahasa Arab.
Namun ada beberapa tanda khusus pada suatu kata yang bisa kita gunakan untuk
mengenali bahwa kata tersebut adalah Fi’il. Tanda-Tanda fi’il yang paling utama
berada dalam struktur kalimat adalah:
Kata tersebut didahului oleh..قد
Kata .قد..ini bisa masuk pada fi’il madhi dan bisa masuk pada fi’il
mudhari’, apabila .قد..masuk pada fi’il madhi, maka akan ada dua kemunkinan maknanya,
yaitu..التقريب.dan..التحقيق
Maksud.التحقيق..adalah menunjukkan suatu kepastian. Jika seseorang berkataقد جاء المدرس =. Artinya pengajar itu benar-benar sudah datang dan berada di
tempat yang dimaksud.
Maksud .التقريب.adalah menunjukkan dekatnya suatu peristiwa yang terkandung
dalam kata kerja itu. Jika seseorang berkata, قد جاء المدرس dan
maksudnya adalah التقريب maka berarti pengajar itu hampir datang, misalnya sudah
kelihatan melangkah masuk gerbang sekolah adn lainnya. Makna inilah yang
terdapat dalam lafadz Iqamah Shalat, قد قامت الصلاة yaitu shalat sudah hampir dilaksanakan.
Begitu juga ketika seseorang berkata, قد غربت الشمس
=matahari itu terbenam. Apabila dia mengatakannya ketika matahari itu bergerak
menuju terbenam, maka makna yang dimaksud adalah..التقريب dan jika
dia mengatkannya pada saat matahari sudah benar-benar terbenam, maka maknanya
adalah..التحقيق
Tapi, apabila kata..قد.ini masuk pada
fi’il mudhari’, maka akan ada dua kemungkinan makna juga, yaitu...التقليل..dan..التكثير.
Maksudnya ..التقليل.adalah makna sedikit atau jarang.
Contohnya: قد يصدق الكذوب = pendusta itu jarang yang berlaku jujur.
Maksud ..التكثير..adalah menunjukkan makna banyak atau sering. Contohnya,
seseorang mengatakan قد ينجح المجتهد =(kebanyakan) orang yang bersungguh-sungguh itu berhasil.
Poin kita di sini adalah semua kata yang didahului oleh .قد..
tersebut adalah Fi’il.
Tanda Fi’il yang kedua adalah suatu kata tersebut didahului
oleh .سين..atau huruf....سوف.
Kedua huruf ini hanya masuk pada fi’il mudhari’ saja dan
merubah kandungan waktu pada fu’il mudhari’ dari masa sekarang menjadi masa
akan datang. Perbedaannya, Huruf .سين..menunjukkan jarak waktu yang akan datang
namun lebih dekat dari pada jarak waktu yang dikandung oleh huruf ..سوف
Contohnya, saya mengatakan..سأكتب الكتاب.=saya
akan menulis buku, danسوف أكتب الكتاب. = saya akan menulis buku. Rentang waktu pada kalimat pertama
lebih dekat dengan masa pengucapan dari pada rentang waktu pada kalimat kedua.
Tanda Fi’il yang ketiga adalah Ta’ Ta’nits sakinah...تاء التأنيث الساكنة.. yaitu huruf Ta’ sukun yang masuk pada akhir kata.
Tanda ini hanya untuk Fi’il Madhi saja dan fungsinya adalah
untuk menunjukkan bahwa isim yang terpaut dengan predikat ini berbentuk feminin
(muannats). Contoh: نامت زينب=Zaenab telah tidur.
Tanda Fi’il yang keempat adalah suatu kata yang menunjukkan
makna tuntutan(fiil amar) bisa menerima Ya’ Mukhatabah atau Nun Taukid.
Tanda ini akan dengan mudah diketahui jika kita sudah
mempelajari Ilmu Sharaf. Terdapat bentuk khusus dari fi’il yang menunjukkan
makna tuntutan yaitu fi’il amar. Dalam struktur kata dalam segi Nahwu, kata ini
bisa dilihat dari tandanya yaitu bisa menerima Ya’ Mukhatabah dan Nun Taukid.
Maka, apabila suatu kata dimasuki oleh Ya’ atau Nun tersebut, maka kata itu
adalah Fi’il.
Ya’ Mukahatabah adalah Ya’ sukun di akhir kalimat sebagai
kata ganti orang kedua perempuan yang berfungsi untuk menunjukkan bahwa
tuntutan ditujukan kepada perempuan. Contohnya, قومي = (kamu
perempuan) berdirilah!, dari asal katanya untuk laki-laki..قم., dan ..اكتبي.= (kamu perempuanlah) menulislah!, dari asal kata untuk
laki-laki, اكتب . kedua kata tersebut-yang pada dasarnya- untuk laki-laki
merupakan Fi’il karena menunjukkan tuntutan dan bisa menerima Ya’ Mukhatabah.
Dan dua kata-yang untuk-perempuan adalah Fi’il dengan ditandai dengan masuknya
Ya’ Mukhatabah dan menunjukkan makna tuntutan.
Sedangkan Nun Taukid adalah huruf Nun pada akhir kata yang
berfungsi untuk menunjukkan kesungguhan dan ketegasan tuntutan. Nun Taukid ada
dua macam yaitu Khafifah (ringan) dan Tsaqilah (berat).
Perbedaan keduanya dari segi bentuk adalah bahwa Nun Taukid
Khafifah berbaris sukun,ن sedangkan Nun Taukid Tsaqilah bertasydid dan berharakat fathah نّ
Perbedaan keduanya dari segi makna adalah kata kerja dengan
Nun Taukid Khafifah mengandung ketegasan yang kurang keras daripada ketegasan
yang dikandung Nun Taukid Tsaqilah. Atau dalam bahasa gaulnya; kata kerja biasa
menuntut, dengan Nun Taukid Khafifah berarti maksa, dan dengan Nun Taukid
Tsaqilah berarti maksa banget. Contohnya kita ambil dari dua kata di atas,..قومنّ, قومن.dan..اكتبنّ, اكتبن
III. Hurufالحرف
Huruf adalah jenis kata yang berfungsi sebagai pembantu,
yaitu suatu kata yang mempunyai makna namun tidak dapat berdiri sendiri.
Maknanya hanya bisa diketahui ketika dia bersandingan(dirangkai) dengan kata
lain, baik Isim atau Fi’il. Definisinya dalam Bahasa Arab adalah:
كلمة دلت على معنى في غيرها
Konsep huruf dalam Bahasa Arab terbagi ke dalam tiga
kelompok utama.
-pertama, huruf yang dapat dirangkai dengan isim maupun
fi’il seperti.هل dalam kalimat..هل زيد أخوك dan هل جاء أخوك؟
-kedua, huruf yang hanya bisa dirangkai dengan isim saja,
seperti .في. dalam kalimat.
.وفي الأرض أيات
-ketiga, huruf yang hanya bisa dirangkai dengan fi’il saja,
seperti..لم. dalam kalimat..
لم يلد ولم يولد
Penting untuk selalu diingat bahwa kelompok huruf yang telah
disebutkan tadi memiliki kaitan yang sangat erat dengan konsep I’rab. Mengapa?
Karena keberadaan huruf-lah yang menyebabkan terjadinya perubahan pengungkapan
(I’rab) pada isim dan fi’il. Tetapi meskipun demikian, selalu ada pengecualian.
Maksudnya ada dua huruf yang keberadaannya tidak menyebabkan perubahan(tidak
berpengaruh).
Tanda huruf adalah tidak bisa menerima tanda-tanda Isim dan
tanda-tanda Fi’il, atau dengan kata lain, Huruf adalah tanpa tanda pengenal.
Kalau kita mengenal jim dengan titik di bawah dan Kha dengan titik di atas,
kita mengenal Ha tanpa titik. Demikian juga, kita mengenal jenis kata Isim dan
Fi’il dengan tanda-tanda yang telah disebutkan di atas, maka kita mengenal
jenis huruf tanpa tanda dan tidak menerima tanda-tanda Isim dan Fi’il.
Wallahu A'la wa A'lam.