Hidup ibarat tulisan spanduk yang terikat di antara dua tiang. Hujan, panas, dan tangan-tangan usil bisa melunturkan keberadaan tulisan. Warna menjadi kabur, dan tulisan pun mulai luntur. Seperti itu pula mungkin ketika seseorang hidup sebagai muslim.

Tak ada iman tanpa ujian. Kalimat itulah yang mesti dipegang seorang mukmin dalam mengarungi hidup. Susah senang adalah di antara ruang-ruang kehidupan dimana seorang mukmin diuji keimanannya. Ada yang lulus. Ada juga yang mesti mengulang.

Mereka yang gagal dalam ujian keimanannya adalah di antara yang mesti mengulang. Waktu memberikan mereka peluang untuk bangkit di lain kesempatan.

Rasulullah saw. bersabda, "Allah menguji hamba-Nya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang keluar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang keluar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah)." (HR. Athabrani)

Ujian perjalanan keimanan seseorang tidak selalu pada hal besar. Bisa jadi terselip dalam kehidupan sehari-hari. Ada ujian tubuh yang rentan sakit. Ada rezeki yang muncul dalam tetesan kecil. Kadang ada, tapi kebanyakan tidak ada. Hidup menjadi sangat susah.

Seperti itulah yang pernah diungkapkan Rasulullah saw. pada beberapa sahabat. "Sesungguhnya Allah Azza Wajallamenguji hambanya dengan rezeki yang diberikan Allah kepadanya. Kalau dia ridha dengan bagian yang diterimanya, maka Allah akan memberkahinya dan meluaskan pemberian-Nya. Kalau dia tidak ridha dengan pemberian-Nya, maka Allah tidak akan memberinya berkah." (HR. Ahmad)

Kenyataannya, energi yang dimiliki para pejuang Islam dari masa ke masa ada dalam ruhani mereka. Mereka begitu dekat dengan Yang Maha Kuat, Allah swt. Siang mereka seperti pendekar yang menggempur musuh dengan gagah berani. Tapi malam, mereka kerap menangis dalam hamparan sajadah karena hanyut dalam zikrullah. Hati mereka begitu terpaut dalam kasih sayang Allah swt.

Sumber: ppru.ac.id


Hanya Ada 3 Hari Dalam Hidup Ini


Yang Pertama
HARI KEMARIN

Kamu tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.
Kamu tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.
Kamu tak mungkin lagi menghapus kesalahan;
dan mengulangi kegembiraan yang kamu rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat;
Lepaskan saja...


Yang kedua:
HARI ESOK
Hingga mentari esok hari terbit,
Kamu tak tahu apa yang akan terjadi.
Kamu tak bisa melakukan apa-apa esok hari.
Kamu tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba;
Biarkan saja...


Yang tersisa kini hanyalah :
HARI INI

Pintu masa lalu telah tertutup.
Pintu masa depan pun belum tiba.
Pusatkan saja diri kamu untuk hari ini.
Kamu dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini
Bila kamu mampu memaafkan hari kemarin
Dan melepaskan ketakutan akan esok hari.
Hiduplah hari ini.
Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit.
Hiduplah apa adanya.
Karena yang ada hanyalah hari ini...

Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat,
Meski mereka berlaku buruk pada kamu
Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini,
karena mungkin besok cerita sudah berganti.
Ingatlah bahwa kamu menunjukkan penghargaan pada
orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri kamu sendiri

jangan biarkan masa lalu mengekangmu
Atau masa depan membuatmu bingung

Lakukan yang terbaik HARI INI !
Dan lakukan SEKARANG juga !

Sumber: ppru.co.id



Ada Apa Dengan Sukses?!

Kehidupan dunia bersifat fana. Sementara. Persis seperti kuncup bunga yang mekar dan wangi. Setelah itu jatuh gugur dan mengering disapu angin lalu. Tak beda dengan embun pagi. Kala mentari mulai meninggi, embun menguap tanpa meninggalkan jejak yang berarti.

Begitulah hakikat dunia. Karenanya segala kesenangan yang kita kecap adalah sementara. Kesusahan yang membelit pun fana. Keyakinan seperti ini adalah vitamin bagi jiwa kita untuk bisa membangun kekuatan tawazun (keseimbangan). Jiwa kita tak akan dipenuhi kesombongan dan over rasa bangga kala meraih kesuksesan dan mengecap kesenangan. Hati kita pun tidak merasa sempit, putus asa, apalagi rapuh tatkala dirundung musibah dan kegagalan.

Sikap tawazun akan terasa lezat kita kecap manakala jiwa kita melepas rasa belenggu kesusahan dan kebingungan dengan berupaya meminta bantuan kepada Allah Yang Mahakuat dan Mahakaya. Bersamaan dengan itu, kita tapaki jejak-jejak amal usaha yang bisa menjadi sebab ikhtiar kita untuk keluar dari belenggu kesusahan. Setelah itu, kita ridha dengan apa hasilnya dan pasrah pada ketentuan Allah swt. yang Mahatahu dengan maksud kehendak-Nya atas diri kita.

Sebagai mukmin sejati, kita berhajat betul pada cara pandang seperti itu agar hidup kita bisa lurus. Agar benar-benar mengurat-akar dalam jiwa, kita butuh contoh. Dan cukuplah bagi kita kisah ketawazunan para nabi dan orang-orang shalih terdahulu. Itulah cermin bagi langkah-langkah kita menapaki kefanaan ini.

Sejarah orang-orang shalih mengajarkan kepada kita bahwa setiap keberhasilan di dunia nilainya terletak pada tujuan kita. Pada niat untuk apa sesuatu itu kita capai. Bila kesuksesan yang kita rengkuh itu bertujuan untuk kebaikan diri kita dan umat manusia, maka kesuksesan itu kebaikan dan keberkahan bagi kita. Namun bila kesuksesan itu tidak kita kaitkan dengan akhirat melalui niat ikhlas, maka kesuksesan itu adalah sementara. Kesuksesan yang menipu.
Sebaliknya, jika kita gagal, kita perlu mencari tahu sebab-sebabnya. Dan kita yakin betul bahwa kegagalan yang tidak mengakibatkan kemunduran diri kita dari hal-hal yang bersifat ukhrawi adalah bukan kegagalan yang hakiki. Karena kesuksesan yang hakiki adalah kesuksesan yang berkenaan dengan kehidupan akhirat. Camkan ayat berikut ini.

"Barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, maka sesungguhnya ia beruntung. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya." (Ali Imran: 185)

Sungguh apa yang tersedia dalam kehidupan dunia ini jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan apa yang dicita-citakan dan diangankan manusia. Karena itu, beruntunglah orang yang selalu menghubungkan apa-apa yang diperolehnya di dunia di sepanjang hidupnya dengan akhirat yang sangat luas dan kekal.

Jangan biarkan diri kita menyerah dengan kondisi kekinian, baik berupa kesenangan maupun kesusahan. Kita harus selalu mengarahkan pandangan pada akibat, dengan itu kita akan keluar dari kungkungan kekinian menuju ke masa depan yang luas.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Hasyr: 18)

Sumber: ppru.ac.id
Pertemuan perdana kelas bahasa, 6 Oktober 2009

I. Kalam

Ibnu Jarumi dalam matan jurumiyahnya mendifinisikan:

الكلام هو اللفظ المركب المفيد بالوضع

kalam adalah sesuatu yang terdiri dari rangkaian kata bahasa Arab yang memberi makna

Jadi, suatu kalimat disebut kalam apabila terhimpun empat syarat padanya, yaitu: (1) terdiri dari kata, (2) tersusun, (3) mengandung makna, (4) dalam Bahasa Arab.

II. Kalim

Walaupun dari segi lafal dan makna terdapat kemiripan, ternyata bila ditinjau lebih dalam ada beberapa perbedaan antara kalim dan kalam.

a. dari segi lafal, kalim merupakan bentuk jamak dari kalimat الكلمة . dari sini kita dapat mengetahui bahwa sesuatu dapat disebut kalim jika ia terdiri dari minimal tiga kata. Kalim termasuk dalam kategori إسم الجنس الجمع , artinya ia merupakan suatu kata yang menunjukkan kepada jama’ dengan penambahan ta’ pada bentuk mufrodnya. Seperti kata لبن bentuk jama dari لبنة . sedangkan kalam merupakan bentuk masdar tanpa ada ikatan nominal kata didalamnya.

b. dari segi makna, didalam kalam disyaratkan agar dapat memberikan pemahaman kepada pendengar. Adapun kalim, ia bersifat umum dengan tidak terikat pada syarat tersebut.

Dalam kalimat إن قام زيد , ia merupakan kalim dan bukan kalam karena tersusun lebih dari tiga kata tapi tidak dapat memberikan pemahaman kepada yang mendengar.

III. Kalimat الكلمة

Kalimat adalah lafal yang menunjukkan makna mufrod. Ia dapat berupa isim, fi’il atau huruf. Tapi terkadang istilah'kalimah' juga dipakai dalam majaz yang menunjukkan pada kalam. Seperti kalimat al ikhlas yang mencakup…لا إله إلا الله

IV. Qaul القول

Qaul merupakan sebuah istilah yang menunjukkan pada suatu makna baik berbentuk satu kata ataupun terdiri dari beberapa susunan kata. Ia juga tidak membatasi apakah kata tersebut dapat memberikan pemahaman sehingga pendengar puas dan dapat memahaminya atau tidak. Maka 'qaul' bisa dikatakan global dan mencakup kalam, kalim dan kalimat.

B. Pembagian Kalam

Kalam dalam istilah Nahwu adalah kata-kata yang tersusun menjadi sebuah kalimat, minimal terdiri dari dua kata, dan dapat dipahami. Maka pembagian kalam yang dimaksud sebenarnya adalah jenis-jenis kata yang menjadi unsur kalimat. Semua itu tidak terlepas dari salah satu dari tiga jenis; yaitu Isim, Fi’il dan Huruf. Bentuk-bentuk kata dari setiap jenis ini sangat banyak, tetapi semuanya pasti termasuk dalam salah satu dari tiga jenis kategori utama tersebut(isim, fiil, huruf).

I. Isim الإسم

Secara etimologi, isim adalah nama, yaitu sebutan yang menunjukkan suatu yang akan disebut. Misalnya kata ناس atau رجل adalah nama untuk suatu jenis yang dinamakan manusia atau laki-laki, dan Ahmad أحمد adalah nama untuk individu yang bernama Ahmad. Semua kata dalam contoh diatas adalah isim. Dalam pengertian yang paling sederhana dalam Bahasa Indonesia, maka Isim adalah nominal.



Sedangkan dalam istilah Nahwu, Isim adalah suatu kata yang menunjukkan makna tertentu dan tidak terikat oleh waktu. Dalam Bahasa Arab disebut:

كلمة دلت على معنى في نفسها ولم تقترن بزمان

Maka, محمد =Muhammad (nama orang),نهر =sungai, تفاح =apel, عصا =tongkat,حجر =batu, =makanan, أكل =hal memakan (pengungkapan terhadap sebutan kata kerja), =kepada, رأس = kaki, رجل =tangan, يد =mulut فم , semuanya adalah Isim;mengandung makna sendiri dan tidak terikat pada waktu.

Setiap kata yang mengandung atau bisa menerima salah satu dari tanda-tanda tersebut, maka kata tersebut adalah Isim.

Tanda-Tanda Isimعلامات الاسم

Ada bebetapa tanda yang terletak pada suatu kata yang menunjukkan bahwa jenis kata tersebut adalah Isim. Tanda-Tanda Isim yang paling utama adalah:

- Tanwin التنوين yaitu bunyi nun sukun pada akhir kalimat secara pengucapan tetapi tidak tampak dalam tulisan(tidak tetulis), yang ditandai dengan harakat double, contoh قام رجل =seorang laki-laki berdiri, رأيت رجلا =aku melihat seorang laki-laki, مررت برجل =aku melewati seorang laki-laki. Maka kata رجل dalam semua contoh ini adalah Isim. Sedangkan perubahan pada akhir katanya akan kita pelajari nanti pada bagian I’rab. الإعراب

Klasifikasi tanwin

1. Tanwin Tamkin, seperti زيد و رجل . ketika ia masuki dalam sebuah kata maka secara otomatis jenis kata yang dimasuki tersebut adalah Isim, karena ia bertugas untuk menjadi pembeda antara Isim dan Fi’il atau Isim dan Huruf.

2. Tabwin Tankir, yaitu tanwin yang berada dalam isim mabni untuk membedakan antara ma’rifat dan nakirahnya seperti isim fi’il صه (ha'-nya dibaca sukun)artinya diamlah!(diam dari apa yang dibicarakan). Sedangkan, صه (ha'-nya dibaca kasroh-tanwin)artinya diamlah (diam dari segala bentuk pembicaraan).

3. Tanwin ‘Iwadh adalah tanwin pengganti huruf, kata atau kalimat yang dibuang. Contohnya tawin ‘iwadh yang terletak pada kata جوار bertugas untuk menggantikan huruf karena asal katanya adalah جواري




4. Tanwin Muqabalah, seperti kedudukan tanwin pada kata مسلمات untuk menyamai kedudukan nun pada kata مسلمون

- Alif dan Lam, dan biasa disingkat dengal ALالpada awal kata. Setiap kata yang didahului oleh AL atau boleh menerima AL, maka kata tersebut adalah Isim. Contoh:الرجل=lak-laki, المدرسة=sekolahan, الكتاب=buku, الطالب =siswa. Semua kata ini adalah Isim yang ditandai dengan adanya AL di awal kata.

- Khafadh atau Jarr الخفض. ini adalah status suatu kata dalam struktur kalimat. Penjelasan lebih jauh tentang status kata dan tanda-tandanya akan diterangkan lebih detail dalam bab I’rab. Secara sederhana, suatu kata berstastus khafadh(jaar) adalah ketika ada huruf khafadh masuk dalam sebuah kata yang akhirnya mempengaruhi kata tersebut. Contohnya: سافرت إلى القاهرة =saya berangkat ke Kairo, رأيت في منام =saya bermimpi. Kata القاهرة dan منام adalah isim karena statusnya khafadh yang ditandai dengan adanya huruf jar yang mendahuluinya. Dan pada kata yang pertama, juga ditandai dengan AL pada awal kata.



- Nida’ yaitu ketika suatu kata yang terletak sesudah huruf nida’(berarti panggilan atau ajakan dan sebagainya) yang akhirnya disebut munada, maka kata tersebuat adalah isim. Contohnya: ياأيها الرجل maka kata الرجل merupakan isim karena ia dapat menjadi munada dan menerima أل

- Isnad Ilaih, seperti kata حسن dalam kalimat ضحك حسن

II. Fi’ilالفعل

Pembagian kedua dari kata adalah fi’il. Secara etimologi Fi’il adalah kejadian atau pekerjaan. Dan padanannya dalam Bahasa Indonesia adalah kata kerja atau verbal. Sedangkan dalam istilah Nahwu, Fi’il adalah kata yang menunjukkan suatu makna tertentu dan terikat dengan salah satu dari tiga bentuk waktu; masa lampau, masa sekarang, dan masa akan datang. Dalam Bahasa Arabnya.

كلمة دلت على معنى في نفسها واقترنت بأحد الأزمنة الثلاثة هي الماضي والحال والمستقبل

Contohnya كتب adalah kata yang menunjukkan arti menulis dan terikat dengan masa yang telah lalu, يكتب adalah kata yang menunjukkan arti menulis, namun dalam konteks sekarang. dan اكتب juga merupakan kata yang menunjukkan arti menulis, lebih tepatnya' menulislah!'dan terikat dengan masa yang akan datang. Demikian juga contoh-contoh lain seperti نصر ينصر انصر =menolong, علم يعلم اعلم =mengetahui, جلس يجلس اجلس =duduk, ضرب يضرب اضرب =memukul, فهم يفهم افهم =mengerti, memahami.

Pembagian fi’il dalam Ilmu Nahwu terbatas pada tiga macam saja, yaitu kata kerja yang menunjukkan kejadian di masa lalu(fiil madhi) , kata kerja masa sekarang(fiil mudhori) , dan kata kerja perintah (fiil amar).

-Fi’il Madhi الفعل الماضي yaitu kata kerja yang menunjukkan suatu pekarjaan atau kejadian yang berlangsung pada masa sebelum waktu penuturan. Ketika seseorang berkata, كتب الطالب =siswa itu menulis, maka peristiwa penulisan dalam kata كتب yang dilakukan oleh siswa itu sudah berlangsung sebelum seseorang itu menuturkan atu mengatakannya.

-Fi’il Mudhari’yaitu kata kerja yang menunjukkan pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada saat dituturkan (sekarang) atau akan datang. Misalnya seseorang berkata, يسمع الطالب =siswa itu mendengarkan. Maka yang dimaksud adalah bahwa Siswa tersebut sedang melakukan pekerjaan mendengarkan saat kalimat tersebut diucapkan.

- Fi’il Amar فعل الأمر yaitu kata yang menunjukkan tuntutan tercapainya pekerjaan tersebut setelahdiungkapkan. Contoh, seorang ayah memerintahkan anaknya untuk belajar. Dia mengatakan ادرس يا بني =belajarlah, anakku! Maka pada saat sang ayah mengucapkan kalimat tersebut, si ank belum melakukannya dan –mungkin- baru akan melakukannya.

Tanda-Tanda Fi’ilعلامات الفعل

Sebagaimana pada pembahasan Isim yang lengkap dengan atributnya, Fi’il juga tidak bisa kita ketahui sejak awal jika kita tidak belajar Ilmu Sharaf dan tidak mengetahui bentuk-bentuk kata dalam Bahasa Arab. Namun ada beberapa tanda khusus pada suatu kata yang bisa kita gunakan untuk mengenali bahwa kata tersebut adalah Fi’il. Tanda-Tanda fi’il yang paling utama berada dalam struktur kalimat adalah:

Kata tersebut didahului oleh..قد

Kata .قد..ini bisa masuk pada fi’il madhi dan bisa masuk pada fi’il mudhari’, apabila .قد..masuk pada fi’il madhi, maka akan ada dua kemunkinan maknanya, yaitu..التقريب.dan..التحقيق

Maksud.التحقيق..adalah menunjukkan suatu kepastian. Jika seseorang berkataقد جاء المدرس =. Artinya pengajar itu benar-benar sudah datang dan berada di tempat yang dimaksud.

Maksud .التقريب.adalah menunjukkan dekatnya suatu peristiwa yang terkandung dalam kata kerja itu. Jika seseorang berkata, قد جاء المدرس dan maksudnya adalah التقريب maka berarti pengajar itu hampir datang, misalnya sudah kelihatan melangkah masuk gerbang sekolah adn lainnya. Makna inilah yang terdapat dalam lafadz Iqamah Shalat, قد قامت الصلاة yaitu shalat sudah hampir dilaksanakan.

Begitu juga ketika seseorang berkata, قد غربت الشمس =matahari itu terbenam. Apabila dia mengatakannya ketika matahari itu bergerak menuju terbenam, maka makna yang dimaksud adalah..التقريب dan jika dia mengatkannya pada saat matahari sudah benar-benar terbenam, maka maknanya adalah..التحقيق

Tapi, apabila kata..قد.ini masuk pada fi’il mudhari’, maka akan ada dua kemungkinan makna juga, yaitu...التقليل..dan..التكثير.

Maksudnya ..التقليل.adalah makna sedikit atau jarang. Contohnya: قد يصدق الكذوب = pendusta itu jarang yang berlaku jujur.

Maksud ..التكثير..adalah menunjukkan makna banyak atau sering. Contohnya, seseorang mengatakan قد ينجح المجتهد =(kebanyakan) orang yang bersungguh-sungguh itu berhasil.

Poin kita di sini adalah semua kata yang didahului oleh .قد.. tersebut adalah Fi’il.

Tanda Fi’il yang kedua adalah suatu kata tersebut didahului oleh .سين..atau huruf....سوف.

Kedua huruf ini hanya masuk pada fi’il mudhari’ saja dan merubah kandungan waktu pada fu’il mudhari’ dari masa sekarang menjadi masa akan datang. Perbedaannya, Huruf .سين..menunjukkan jarak waktu yang akan datang namun lebih dekat dari pada jarak waktu yang dikandung oleh huruf ..سوف

Contohnya, saya mengatakan..سأكتب الكتاب.=saya akan menulis buku, danسوف أكتب الكتاب. = saya akan menulis buku. Rentang waktu pada kalimat pertama lebih dekat dengan masa pengucapan dari pada rentang waktu pada kalimat kedua.

Tanda Fi’il yang ketiga adalah Ta’ Ta’nits sakinah...تاء التأنيث الساكنة.. yaitu huruf Ta’ sukun yang masuk pada akhir kata.

Tanda ini hanya untuk Fi’il Madhi saja dan fungsinya adalah untuk menunjukkan bahwa isim yang terpaut dengan predikat ini berbentuk feminin (muannats). Contoh: نامت زينب=Zaenab telah tidur.

Tanda Fi’il yang keempat adalah suatu kata yang menunjukkan makna tuntutan(fiil amar) bisa menerima Ya’ Mukhatabah atau Nun Taukid.

Tanda ini akan dengan mudah diketahui jika kita sudah mempelajari Ilmu Sharaf. Terdapat bentuk khusus dari fi’il yang menunjukkan makna tuntutan yaitu fi’il amar. Dalam struktur kata dalam segi Nahwu, kata ini bisa dilihat dari tandanya yaitu bisa menerima Ya’ Mukhatabah dan Nun Taukid. Maka, apabila suatu kata dimasuki oleh Ya’ atau Nun tersebut, maka kata itu adalah Fi’il.

Ya’ Mukahatabah adalah Ya’ sukun di akhir kalimat sebagai kata ganti orang kedua perempuan yang berfungsi untuk menunjukkan bahwa tuntutan ditujukan kepada perempuan. Contohnya, قومي = (kamu perempuan) berdirilah!, dari asal katanya untuk laki-laki..قم., dan ..اكتبي.= (kamu perempuanlah) menulislah!, dari asal kata untuk laki-laki, اكتب . kedua kata tersebut-yang pada dasarnya- untuk laki-laki merupakan Fi’il karena menunjukkan tuntutan dan bisa menerima Ya’ Mukhatabah. Dan dua kata-yang untuk-perempuan adalah Fi’il dengan ditandai dengan masuknya Ya’ Mukhatabah dan menunjukkan makna tuntutan.

Sedangkan Nun Taukid adalah huruf Nun pada akhir kata yang berfungsi untuk menunjukkan kesungguhan dan ketegasan tuntutan. Nun Taukid ada dua macam yaitu Khafifah (ringan) dan Tsaqilah (berat).

Perbedaan keduanya dari segi bentuk adalah bahwa Nun Taukid Khafifah berbaris sukun,ن sedangkan Nun Taukid Tsaqilah bertasydid dan berharakat fathah نّ

Perbedaan keduanya dari segi makna adalah kata kerja dengan Nun Taukid Khafifah mengandung ketegasan yang kurang keras daripada ketegasan yang dikandung Nun Taukid Tsaqilah. Atau dalam bahasa gaulnya; kata kerja biasa menuntut, dengan Nun Taukid Khafifah berarti maksa, dan dengan Nun Taukid Tsaqilah berarti maksa banget. Contohnya kita ambil dari dua kata di atas,..قومنّ, قومن.dan..اكتبنّ, اكتبن

III. Hurufالحرف

Huruf adalah jenis kata yang berfungsi sebagai pembantu, yaitu suatu kata yang mempunyai makna namun tidak dapat berdiri sendiri. Maknanya hanya bisa diketahui ketika dia bersandingan(dirangkai) dengan kata lain, baik Isim atau Fi’il. Definisinya dalam Bahasa Arab adalah:

كلمة دلت على معنى في غيرها

Konsep huruf dalam Bahasa Arab terbagi ke dalam tiga kelompok utama.

-pertama, huruf yang dapat dirangkai dengan isim maupun fi’il seperti.هل dalam kalimat..هل زيد أخوك dan هل جاء أخوك؟

-kedua, huruf yang hanya bisa dirangkai dengan isim saja, seperti .في. dalam kalimat.

.وفي الأرض أيات

-ketiga, huruf yang hanya bisa dirangkai dengan fi’il saja, seperti..لم. dalam kalimat..

لم يلد ولم يولد

Penting untuk selalu diingat bahwa kelompok huruf yang telah disebutkan tadi memiliki kaitan yang sangat erat dengan konsep I’rab. Mengapa? Karena keberadaan huruf-lah yang menyebabkan terjadinya perubahan pengungkapan (I’rab) pada isim dan fi’il. Tetapi meskipun demikian, selalu ada pengecualian. Maksudnya ada dua huruf yang keberadaannya tidak menyebabkan perubahan(tidak berpengaruh).

Tanda huruf adalah tidak bisa menerima tanda-tanda Isim dan tanda-tanda Fi’il, atau dengan kata lain, Huruf adalah tanpa tanda pengenal. Kalau kita mengenal jim dengan titik di bawah dan Kha dengan titik di atas, kita mengenal Ha tanpa titik. Demikian juga, kita mengenal jenis kata Isim dan Fi’il dengan tanda-tanda yang telah disebutkan di atas, maka kita mengenal jenis huruf tanpa tanda dan tidak menerima tanda-tanda Isim dan Fi’il.

Wallahu A'la wa A'lam.